Monday, November 15, 2010

Desa Sawarna and Amazing Stories

Selasa, 3 agustus 2010 lalu, saya dan teman2 saya backpacker ke desa sawarna. Banyak orang menyebutnya sebagai hidden paradise (surga yang tersembunyi). Memang asik banget sih tempatnya seperti pantai milik pribadi saking sepinya. Hanya ada beberapa surfer asing yang terlihat sedang berlatih di laut. Ombak di sawarna juga gak terlalu besar sehingga para surfer pemula banyak yang bertandang ke sini untuk berlatih.


Rombongan kami terdiri dari 5 wanita nekat. Penat dengan kehidupan ibukota dan mencoba mencari sesuatu yang baru. Dengan bermodal informasi seadanya, kami berangkat. Kenekatan kami dimulai di selasa pagi dengan meeting point di daerah slipi, Jakarta, tepatnya di seberang RS dharmais. Jam 8 kurang 15 menit kami naik bus AC jurusan merak dengan tariff 20rb per orang sampai terminal pakupatan, serang, banten. bus di jam2 segini lumayan banyak yang menuju merak sehingga tidak perlu menunggu terlalu lama. Sayangnya, tidak berapa lama bus berjalan, busnya ngetem. Hhh. Agak lama, sekitar 30 menit kemudian, bus kembali berjalan. Bus yang kami tumpangi cukup sepi dan nyaman dengan kondektur yang ramah dan helpful. Sekitar 1 jam setelahnya, kira2 pukul 8.45 kami tiba di terminal pakupatan. Begitu turun dari bus, langsung saja kami diserbu oleh para calo angkot elf yang menawarkan jasanya untuk mengantar kami sampai bayah. Menurut info yang saya himpun (ejiyeh bahasanya asik bener), bisa saja kami naik bus damri. Dengan naik damri, memudahkan kami yang backpacker karena tarifnya lebih murah, lebih nyaman, dan irit tenaga karena ga perlu berganti bus karena damri langsung ke bayah. Sedangkan kalo naik elf, kami harus transit di pasar pucung berganti angkot menuju bayah.


Keputusan yang kami ambil akhirnya : naik elf dengan tariff 20rb sampai pasar pucung. Tapi harus pintar menawar juga karena kalo ga pandai bersilat lidah dengan si kenek elf bisa2 kena biaya sampai 30rb. Alasan kami akhirnya sepakat memilih elf adalah karena ternyata bus damri baru ada jam 11an, jiyah capedeeeee…
Di elf yang harusnya memuat 12 penumpang tapi malah dijejali sekitar 20an penumpang plus barang2 itu, kami duduk (ya iyalah, hehe). Sekitar 5 jam kami berada di “panggangan berjalan” itu. Tidak hanya itu saja, kondisi jalan melewati jalur malingping sungguh menyiksa. Jalannya hancur dan berkelok-kelok. Untungnya salah satu di antara kami tidak ada yang “jackpot”, hehehehe.
Singkat cerita, kami akhirnya tiba di pasar pucung. Sama seperti waktu di terminal pakupatan, kami ditawari naik ojek sampai bayah dengan biaya 25rb per orang dengan dalih katanya saat ini sudah gak ada angkot yang menuju bayah. Sambil meregangkan otot2 setelah berdesak-desakan di elf tadi, kami mancari info dari internet via handphone. Weseseses, jaman udah canggih. Ketika kami focus mencari (karena kami tidak ingin tertipu oleh omongan para tukang ojek), ada elf yang “katanya” menuju bayah. Wah, berarti hampir saja nih kami ditipu tukang ojek.


Tanpa pikir panjang, kami naik, untungnya agak kosong. Tidak sepenuh di elf pertama tadi. Ongkosnya 10rb saja sampai bayah. Di sepanjang jalan menuju bayah kami disuguhi pemandangan alam di sebalah kanan jalan. Samudera hindia tepat berada di sebelah kanan kami. Deburan ombaknya begitu menggoda. Sekitar 1 jam, kami tiba di bayah. Dari bayah, tidak ada transportasi umum untuk menjangkau sawarna selain naik ojek. Tanpa tawar menawar yang cukup berarti, ojek dibandrol 20rb sampai depan penginapan. Lagi2 di sepanjang jalan kami masih disuguhi pemandangan alam samudera hindia. Luar biasa… Subhanallah!


Sekitar 1 jam naik ojek (bener2 bikin pantat tepos), sampailah kami di desa wisata, desa sawarna. Kami menginap di penginapan milik bapak ade. Konon, penginapan bapak ade ini adalah homestay paling terkenal di sini. Sebelumnya, kami booking penginapan sekitar 3 hari sebelum berangkat. Harga penginapan pak ade tawarkan 80rb per hari per orang sudah termasuk makan 3x sehari. Dengan nego sana-sini kami diberi diskon 10rb per orang per hari sehingga kami hanya harus membayar 70rb saja. Lumayan, harga mahasiswa. Kami tiba di penginapan bapak ade pukul setengah 3 sore.


Untuk kualitas pelayanan di home stay widi ini bisa dikatakan sangat baik. Kami disajikan makanan yang enak, bergizi, dan banyak dengan system prasmanan. Kalau di malam atau pagi hari ingin sekedar minum kopi atau teh juga tinggal seduh sendiri. Benar2 feels like home. Apalagi ibu ade sangat ramah dan menjamu kami. Seperti ibu kami sendiri. Hehehehe.
Setelah sampai, kami istirahat sejenak. 15 menit kemudian langsung menyusur pantai ciantir. Woo hoo! Gak mau rugi membuang2 waktu.







Kami bermain-main di pantai sampai menjelang maghrib. Jarak dari home stay ke pantai tidak terlalu jauh. Kebetulan home stay pak ade ini letaknya paling dekat dengan pantai.

Pulang dari pantai, kami bebenah diri. Makan malam sudah siap. Ibu ade menyiapkan makan malam yang mantap. Sambil makan malam, kami ngobrol2 mengenai rencana hari esok, tentang sejarah desa sawarna, tentang keluarga pak ade, dll. Kami ditawari untuk melihat sunrise esok di pantai ‘maaf, saya lupa namanya’ dengan naik ojek biaya 50rb. Karena uang cash kami terbatas dan juga tidak ada atm, kami menolak secara halus. Pak ade menawarkan untuk trekking menyusuri goa dan bukit besok dengan ditemani seorang guide (anak sulung pak ade, namanya kang yudha, seorang surfer pernah di-endorse oleh billabong *cmiiw*).
Paginya, kami siap untuk sarapan sekitar pukul 7 pagi. Kebetulan di homestay pak ade juga ada eberapa turis asing yang menginap. Alhasil, kami chit chat dengan para bule di pagi hari. Lumayan, hehe. (lumayan buat apa?)

Jam 8 kami ditemani kang yudha memulai trekking. Kami dibekali caping (pada tau caping kan ya?) sedangkan kang yudha bermodal sebuah senter lumayan besar.


Destinasi 1 menuju ke Goa Lalay alias goa yang banyak kelelawarnya (basa sunda.lalay=kelelawar). Oh iya, sebagai guide, kang yudha ini pendiam sekali lho. Kalo gak ditanya dia gak akan ngomong. Melewati sawah dan sungai kami menuju goa lalay. Jarak yang ditempuh sekitar 1,5 km.




Menuju goa lalay selain melewati sawah dan sungai juga melewati pekuburan asal-asalan yang kalo anda berjalan gak lihat ke bawah, anda gak akan sadar bahwa yang sedang anda injak itu adalah kuburan di tengah hutan. Melewati perkebunan kelapa sawit juga dan kami bisa melihat para petani mengolah gula aren dan membuat pisang sale. Sesampainya di goa, kami masuk tanpa menggunakan alas kaki. Lumayan horror goanya. Apalagi itu kan penuh dengan kelelawar. Konon katanya mapala UI pernah menelusuri goa ini selama 2 hari tapi tetap saja belum ketemu ujung goanya di mana. Goa lalay penuh dengan air setinggi lutut dan lumpurnya tebal. Baru beberapa meter masuk ke goa, 2 teman sata ketakutan merajuk minta keluar dari goa. Padahal kata kang yudha itu belum seberapa dalamnya menysur goa. Karena kami solider (ejiyeh) maka kami putuskan untuk skip ke goa dan melanjutkan trekking ke destinasi selanjutnya yaitu bukit cimonyet.

Destinasi kami yang ke-3 yaitu pantai lagon pari. Luar biasa deh nih pantainya! Cekidot, Gan!






Kami gak terlalu lama di pantai lagon pari. Hanya sekitar 30 menit. Karena destinasi trekking terakhir sudah menunggu. Tanjung layar! Dari lagon pari menuju tanjung layar kami berjalan menyusuri pinggir pantai lho! Rasanya seru! Seperti berjalan di tengah laut.


Ketika berjalan di pinggir laut ini, kami dihempas ombak setinggi sekitar 1,5 m. si guide berada agak jauh di depan kami sedangkan kami tertinggal di belakang karena asik foto2. Hehe. Alhasil ketika ombak dating si guide Cuma teriak “naik ke karang, diam aja di situ” kami panic. BB-nya si temen saya sampai rusak kena ombak. Sampai tulisan ini diterbitkan, BBnya masih rusak juga. Hoho. Setelah heboh BB rusak (dan sandal jepit hanyut), kami tiba di tanjung layar! Kenapa disebut tanjung layar? Katanya sih karena bentuknya mirip layar kapal.


Weleh! Capek juga trekkingnya! Mana kami bawa air minum ala kadarnya karena kami pikir tidak tertalu jauh. Ternyata jalur trekking yang kami tempu berjarak sekitar 6 km. wew! Pantas saja berasa capeknya. Mana ada adegan naik turun bukit segala.

Nah! Ini bagian yang paling asik menurut saya. Sampai di home stay, kami ditawari kelapa muda oleh pak ade langsung dari pohonnya! Wow! Gratis pula! Mantap deh… trekking dari jam 8 sampai jam 11-an siang. Setelah puas minum kelapa muda, kami bebenah mau check out karena katanya angkot hanya ada sampai pukul 3 sore. Setelah makan siang kami berangkat. Niat awal ingin naik ojek lalu naik elf, apa daya ternyata ditunggu sekian lama elfnya tak muncul juga. Kalaupun muncul, sudah penuh sesak sekali.



Akhirnya kami naik ojek dari penginapan sampai ke tempat yang ada angkot yang kemudian mengantar kami ke terminal pelabuhan ratu (untuk rute pulang kami memilih rute yang berbeda dan lebih nyaman. Duh, gak sanggup deh kalau harus lewat malingping lagi). Total ojek 45rb. Biaya ini sama saja dengan kalau kami naik elf. Angkot ke pelabuhan ratu 5rb rupiah saja. Oh iya, tempat angkot kami naik menuju pelabuhan ratu kami kurang tau pasti apa namanya. Hehe. Dari terminal pelabuhan ratu kami naik bus ekonomi MDI jurusan bogor dengan tariff 20rb. Turun di terminal bogor, naik angkot sedikit sampai stasiun bayar 2rb. Dari stasiun bogor kami naik KRL ekonomi AC dengan tariff 5500. Saya sendiri turun di stasiun cawang.
Wow deh! 2 hari liburan yang kurang tapi cukup memuaskan! Bisa jadi alternative buat anda yang ga punya waktu banyak untuk liburan. Biayanya pun gak sampai 300rb rupiah kok! 

Mantap, bukan?!



SAWARNA...
AKU PASTI KEMBALI...

Tuesday, November 2, 2010

Lama Tak Bersua

huah! sudah lama saya gak update blog ini. pertama, karena emang males. kedua, karena saya rasa gak ada sesuatu yang musti dibahas di blog. hehehehe. walaupun, emang apa yang saya bahas di sini ga penting2 juga sih :p

saya lupa berbagi cerita tentang liburan saya di sawarna awal agustus lalu. malas mau menulis mulai dari mana. eh, saya sudah diajak liburan lagi sama teman2 saya ke Sempu Island. terakhir kali saya terakhir kali saya traveling ke bromo,yogya, dan sekitarnya dalam rangka acara kampus. tapi lumayan lah buat melepas rasa penat. kebetulan, saya baru pertama kali ke bromo, hehe.

sebelum traveling, urusan ga begitu ribet, karena semua diatur oleh travel agent. jadi kita tinggal bawa diri aja. tapi ga enaknya adalah, segala tujuan dan waktu dibatasi. seprti waktu saya di jogja, saya dan teman2 'hanya' diberi waktu 2 jam untuk berbelanja di malioboro. bayangkan betapa seperti acara "uang kaget" kami menghabiskan uang kami, hehe.

begitu juga kalo mau beli oleh2 di mana dan kapan. semua diatur.

sepulang dari acara jalan2 yang kami sebut Studek itu, untungnya kami ga disuruh bikin laporan perjalanan seprti waktu saya SD dulu. namun, perjalanan saya sebagai mahasiswa masih panjang. masih ada tugas ini dan itu.

kemarin baru aja saya dan beberapa teman merencanakan untuk travel ke thailand sehabis wisuda kelulusan kami nanti. semoga aja jadi. rasanya lebih mahal traveling di negeri sendiri daripada di luar negeri. tahun baruan saja, udah ada teman yang booking saya buat diajak ngegembel di raja ampat, papua. kebayang ga tuh pengeluaran saya setahun ini membengkak. sampai2 saya harus menjual beberapa koleksi komik saya. untung saja hasilnya lumayan membantu mengisi kantong, hehe.

setelah dipikir-pikir, saya kayaknya bakal pending pergi ke raja ampat. di samping dananya tidak mencukupi, saya merasa kurang waktu buat ngumpulin uang sedangkan budget ke sana pasti besar. tapi herannya, teman saya yang mengajak saya ke raja ampat ini yakin sekali ke sana cukup bawa satu jutaan aja! gila dia. kalo berenag sih mungkin aja segitu budgetnya, but, halooo...siapa juga yang mau berenang ke sana? dibayar juga pasti ga ada yang mau. teman saya ini namanya agung. pernah ngajak saya backpackeran ke lombok 1 hari sebelum hari keberangkatan. saya menolakk. jelas karena kantong saya tidak bersahabat. hahaha! padahal dia bilang bawa 500rb aja sudah cukup. saya ga yakin. terakhir kali saya ke bali aja merogoh kocek sampai 500rb-an sudah termasuk ini dan itu.

lebih heran lagi begitu dia pulang dari travelnya dan laporan bahwa dia bisa survive di lombok dengan 500rb. huh! sulit dipercaya... saya curiga selama di jalan dia pasti makan pasir...