Monday, April 23, 2012

Mainan Baru

Tanggal 18 April 2012 lalu, saya punya mainan baru lho. Mainan baru saya namanya Danu Rizkian Harsono. Setelah terakhir kalinya rumah nenek saya kelahiran bayi yaitu adik laki-laki saya 7 tahun lalu. maka sekarang suasana rumah kembali berwarna lagi dengan lahirnya Dek Danu. Hehehehe. Danu ini sepupu saya sebenarnya. berdasarkan hierarki keluarga kami. Kalau berdasarkan usia, jelas lebih pantas kalau Danu memanggil saya "Tante" ketimbang "Mbak"

Waktu Saya tanya ibunya kenapa namanya Danu, ibunya (yang biasa saya panggil "Mbak" meskipun dia ini Tante saya) cuma bilang "Ngga tahu artinya. Cuma suka aja." Halaaah ibu apa macam apa sih mbak ini --_-- . Mana katanya lagi, nama 'Riskian' juga diambil asal dari Facebook. Hadeuh. Makin ngaco saja. Kalau 'Harsono; jelas itu nama keluarga bapaknya.

Yaaah Danu, semoga hadirmu bisa memberi warna tersendiri di rumah ini. doaku kepada Tuhan untukmu selalu mbak panjatkan sebaik mungkin. Welcome to the world, Dek!

Wednesday, April 18, 2012

Aku Pikir Aku


Memang iya di kantor ini aku paling dekat dengan dia. Aku yang selalu ada saat dia butuh teman. Aku yang rajin menanyakan kabarnya. Aku yang tidak pernah tidak antusias mendengar semua cerita tentangkehidupannya.

Aku mungkin yang paling mengerti bahasanya. Cuma aku yang bisa nyambung sama dia. Cuma sama aku dia bisa cerita semua masa lalunya, membongkar semua sisi kelamnya, bersenandung tentang mimpi-mimpinya, tentang hidup futuristiknya, dengan imajinasi liarnya. Aku pikir aku bermanfaat untuk dia. Aku pikir aku paling mengerti dia. Aku pikir hanya aku yang dia cari, yang dia mau, yang dia inginkan untuk jadi pendampingnya di saat hatinya sepi. Ya, hanya aku.

Sampai aku tersadar, dia begitu mudah tertawa karena celetuk seseorang lain. Bahwa seingatku dia tidak pernah tertawa serenyah itu ketika bersamaku. Benar, aku tidak bisa mambuatnya tertawa lepas. Setidaknya, saat bersamaku, hanya senyuman yang dia suguhkan. Aku. Gagal.

Sedikit Tentang Ibu


“Aku sayang Ibu”

Well, hanya 3 kata sih, tapi entah kenapa susah banget buat diucapin langsung ke orang yang bersangkutan. Padahal ngucapin 3 kata itu nggak sesulit perjuangan Ibu buat mbesarin aku.
Terlepas dari semua kekurangan Ibu sebagai seorang ibu, boleh aku bilang Ibuku is the best mom in this world. Hmmm, okay, mungkin setiap anak yang sayang ibunya akan bilang hal serupa. Sah-sah aja sih. Hehe. Pokonya, buat aku, Ibu itu sosok yang “mau repot banget”.

Pagi-pagi Ibu udah sibuk masak buat bekal aku ke kantor. Ngerapihin kamar anak-anaknya. Mbkinin susu buat adikku yang masih kecil. Mungkin ada ibu-ibu di luar sana melakukan hal-hal yang lebih dari Ibuku, sekali lagi, itu sah-sah aja. Aku kan hanya bercerita soal Ibuku. Jadi aku nggak mau membandingkan dengan ibu-ibu manapun. Meskipun pernah, jujur, aku membandingkan Ibu hanya dalam hati, nggak aku ceplosin. Wah, bisa sakit hati bukan kepalang Ibu kalau denger aku ngomong nyinyir begitu. Padahal, Ibu kadang suka lho membandingkan aku dengan anak perempuan tetangga yang gayanya lebih feminine. Kalau sudah begitu, palingan aku hanya diam mendengar nasihat Ibu. Aku tahu maksud Ibu baik. Pengen supaya aku mencontoh yang baik-baik dari teman-temanku. Walau kadang aku kesal juga dibanding-bandingkan seperti itu. Setiap orang kan punya karakter masing-masing. Ya kan?

Aku anak pertama dari 3 bersaudara. Begitu juga Ibu. Adik perempuanku sekarang kelas 3 SMK, sedangkan adik laki-lakiku berumur 7  tahun dan belum mau sekolah (hal ini sering bikin Ibu nangis sesenggukan karena saking capeknya mengurus adikku yang satu ini). Dari kecil aku semua permintaanku selalu diturutin sama Ibu. Sampai sekarang pun, kalau aku minta sesuatu, selalu Ibu belikan. Ibu tahu aku suka kangkung, maka Ibu hari itu masak kangkung. Ibu tahu aku butuh laptop demi kuliahku, maka hari itu juga aku dibelikan laptop. Ibu tahu aku butuh handphone baru, maka hari itu Ibu langsung membelikanku handphone baru. Itulah Ibu. Walaupun ak sudah punya 2 orang adik, rasa sayangnya nggak pernah berkurang atau terbagi. Semua rasa sayang Ibu sama rata buat semua anaknya. Jadi inget waktu itu ngerjain tugas konstruksi baja. Aku gambar jembatan sampai jam 4 pagi. Dan Ibu yang menemani.

Aku dididik untuk jadi perempuan yang berani dan mandiri. Aku tidak seperti adik perempuanku yang kalau pulang malam pasti sibuk ditelponin, dimarahin, diceramahin macem-macem. Ibu selalu memberi kebebasan buat aku karena Ibu percaya sama aku. Waktu SMA, Ibu pernah dipanggil ke sekolah lantaran aku terlalu cinta marching band daripada mata pelajaran sekolah. Anehnya, Ibu nggak marah tuh. Asalkan nilai-nilaiku di sekolah tetap stabil. Dan Alhamdulillah, ya, nilai-nilaiku baik-baik saja meskipun aku sibuk marching band.

Ah, ternyata kalau cerita tentang Ibu, bisa panjang begini ya. Hahahaha. Memang sih cerita tentang Ibu nggak akan habis ditulis dalam sejuta halaman pun. Oh iya, pernah lho waktu SMP aku dapet beasiswa tapi Ibu nggak tahu. Uang beasiswa itu aku pakai buat keperluan pribadiku. Uang beasiswa itu jutaan jumlahnya, setara dengan iuranku selama 8 bulan. Saat itu, Ibu nangis karena aku. Ibu tanya “Uangnya kamu kemanain? Kamu tahu nggak kalau dengan uang segitu kita bisa pakai buat kebutuhan sehari-hari kita? Kamu nggak pakai narkoba kan?” kata Ibu sambil meraung-raung. Lalu, nggak lama Bapak pulang kerja. Aku semakin dimarahi Bapak. Yah, tapi itu memang salahku juga sih. Hehehehe. Sejak saat itu kepercayaan Ibu ke aku mulai berkurang. Sampai akhirnya aku SMA, nggak lama kepercayaan itu ternyata sudah terwujud lagi. Ibu nggak pernah marah kalau aku pulang malam karena marching (dan tentunya aku benar-benar marching band, bukan gegaulan nggak jelas).

5 bulan terakhir Ibu sakit parah. Hampir sebulan Ibu dirawat di rumah sakit dan hampir setiap hari juga aku menjaga Ibu di sana bergantian sama Bapak. Vonis yang diucapkan dokter bikin Ibu stress. Katanya, Ibu harus cuci darah. Kondisi Ibu yang harusnya sudah boleh pulang hari itu, mendadak jadi parah lagi. Ya, Ibu memang seperti terkena psikosomatisme. Semua yang dirasakan tergantung apa yang dipikirkan. Dan Ibu itu orangnya memang pemikir. Singkatnya, selama beberapa bulan terakhir Ibu tinggal di Magelang untuk berobat alternative Karena sakitnya nggak kunjung sembuh. Aku, adikku, dan Bapak stay di Jakarta.

Alhamdulillah sekarang kondisi Ibu sudah membaik. Sudah bisa mengurus kami dengan baik walaupun belum bisa kerja berat. Kerjaan yang berat-berat dikerjakan oleh asisten rumah tangga kami. Hehehehe. Tugas Ibu hanya memasak sekarang. Dan minum obat.

Satu hal yang membuat aku makin sayang sama Ibu. Ibu bukan orang yang pemaksa dan penuntut. Ibu nggak pernah minta aku harus rangking 1, harus masuk IPA, harus jadi dokter, bla bla bla. Ibu benar-benar demokrasi. Aku bersyukur punya ibu seperti Ibu. Dan, nyaman banget cerita sama Ibu. Aku lebih nyaman cerita sama Ibu daripada sama sahabatku sendiri. Hehe. Mungkin nggak banyak ya anak perempuan yang suka cerita sama ibunya seperti aku cerita ke Ibu. Tapi, Ibu itu tipe perempuan cuek. Contohnya :

“Bu, aku punya pacar sekarang. Nggakpapa kan?”

“…” diam agak lama, baru kemudian bersuara “Ya nggakpapa, asalkan kamu tetap hati-hati”

Aku nunggu respon Ibu yang lain. Ternyata komentarnya cuma gitu doang! Ya ampuuun aku pikir Ibu bakal komentar hal-hal yang lebih hot atau apa gitu. Pernah juga aku curhat ngeluh soal marching band. Ibu jawab “Kan itu pilihan kamu. Ya kamu rasain sendiri apa akibatnya. Ibu hanya mendukung”. Setiap aku sakit, Ibu nggak memanjakan aku. Sama sekali nggak pernah. Yang ada malah kata-kata : "Sukurin, rasain sendiri kan kalau sakit gimana. Makan es aja terus yang banyak. Jajan sembarangan. Sekarang siapa yang ngerasain sakit? Kamu sendiri kan?"

Ibu memang begitu. Galak. Makanya kalau sakit atau kenapa-kenapa aku lebih memilih untuk diam dan menyelesaikannya sendiri. Kalau ngeluh sama Ibu itu percuma. Bukannya bersimpati, yang ada malah dimarahi. Pernah aku jatuh dari motor. Jok motorku sobek dan spionnya pecah. Aku takut pulang ke rumah. Ibu pasti marah. Dengan segenap ide, aku cari tukang jok. Aku ganti jok dengan yang baru. Aku pun beli spion. Kenapa? Karena kalau tahu aku gegabah mengendarai motor sampai jatuh begitu, Ibu pasti tidak akan mengijinkan aku naik motor lagi. Ibu terlalu khawatir sama aku (sebenernya). Terakhir kali aku denger Ibu nangis itu waktu aku terbujur tak berdaya di atas kasur ruang operasi di suatu rumah sakit dengan tubuh dan kepala bersimbah darah. Di situ aku sadar, Ibu benar-benar sayang aku. Benar-benar aku merasakan kasih sayang seorang Ibu.

Itulah Ibuku. Dengan segala keajaibannya. Hahaha. Siapapun dan bagaimanapun Ibu, aku tetep sayang sama Ibu. Dan aku pun berharap aku bisa jadi ibu yang baik buat anak-anakku kelak. Amiin…

Sebenernya masih banyak hal-hal tentang aku dan Ibu yang pengen aku bagi di sini. Next time ya!

Monday, April 16, 2012

Kembali Untuk Setia

Heyhooo everybody!
Sudah setahun lewat ternyata ya blog ini saya abaikan untuk kemudian saya berselingkuh cukup lama dengan WP. Hiks. Maaf ya, Blog!

Terus kenapa pada akhirnya saya ngepost di sini lagi? Itu karena WP ternyata ada gangguan (yang entah kenapa saya juga nggak ngerti masalahnya) maka, saya balik lagi buat ngepost di sini. Hehehehe. Melihat blogger sekarang lebih ayeiy sepertinya. Baik dari segi tampilan maupun fiturnya. Yeah, sepertinya saya harus beres-beres rumah dulu karena sudah terlalu lama ditinggal penghuninya. Pengen bikin blog ini jadi lebih berkonsep dan informatif. Hahaha. Bisa nggak ya? Mengingat saya sukanya kan curhat di blog! Muhaha!

Capcus!