Wednesday, June 20, 2012

Ramai




Aku menjauh dari kerumunan itu. Kerumunan yang membuatku muak. Meski aku tidak secara lugas menyatakan kalau aku suka Kak Bagas, seniorku di klub orchestra.

Ya, hari ini hari ke-3 aku di Jogja. Ada kejuaraan orkestra di sini. Setelah dua hari kemarin kami sibuk berkompetisi, sekarang pelatih kami mengijinkan kami refreshing sejenak ke sini, ke Maliboro. Heran aku. Apa sih yang bisa kami dapat dengan refreshing ke sini? Aku sudah hapal setiap titik toko di jejeran jalan Malioboro ini. Di mana warteg, di mana Mirota, di mana restoran A & W. aku benci ramai yang terlalu ramai. Apalagi matahari dengan gagahnya bersinan, ah terlalu gagah malah. Belum lagi copet atau mas-mas iseng yang biasa suka menggoda kami, cewek-cewek kota. Aku meruntuk kesal dalam hati kepada pelatihku. Kenapa tidak ke Parang Tritis saja?

Kembali ke soal Kak Bagas. Jadi begini, aku sudah lama suka dia. Mungkin sejak pertama kami bertemu. Sejak pertama kali aku bergabung di klub itu. Aku suka pembawaannya yang pendiam dan kalem. Gak pecicilan kayak Kak Rino atau Kak Kus. Kak Bagas juga baik. Kebetulan kami sama-sama bermain di alat music flute. Kak Bagas sangat sabar mengajarkan aku yang saat itu sungguh masih buta membaca not balok dan meniup flute. Aku pikir meniup flute itu gak jauh beda dengan cara meniup rekorder. Ternyata aku salah besar. Meniup flute dibutuhkan otot bibir yang cukup kuat untuk menggetarkan bibir. Nah getaran bibir ini yang menghantarkan volume angin untuk membunyikan flute. Untuk hal-hal teknis semacam itu, tentu pengetahuan Kak Bagas berusia di atas aku. Dia 3 tahun lebih tua dari aku. Waktu yang cukup untuk bisa memahami teknik dasar meniup flute. Terlepas dari dia baik dan pintar soal flute dan tetek bengeknya, pokoknya aku suka dia. Titik. Hehehehe.

Kali ini dia sedang dikerumuni oleh junior-junior baru di klub kami. Tentu saja junior yang aku maksud di sini adalah sekumpulan cewek SMP genit dan korban drama Korea. Si ini meminta diantar beli gelang, si itu merengek minta ditemani ke outlet dagadu, ah ruwet deh. Denger suara mereka yang ceriwis saja sudah cukup buat aku muak. Maka, aku pergi sejauh-jauhnya. Karena aku juga gak bisa mengaku begitu saja kalau aku sebenarnya suka sama Kak Bagas. Phew! Gengsi.

Aku sudah berhasil menjauh dari geng ceriwis itu. Aku sekarang di dalam sebuah restoran fastfood dengan logo huruf M. Beuh, jauh-jauh ke Jogja kok ya makan ini lagi ujung-ujungnya. Yah, kata Ibu makan di lesehan itu malah jauh lebih mahal, itu makanya aku makan di sini saja, yang pasti-pasti saja. Gak ditembak harganya.

Saat sedang asyik makan, tiba-tiba aku dapat sms dari Katya, teman pemain biolaku.

Kamu dmn la?aku sama arsi di kfc nih

Aku segera mengetik pesan balasan lalu mengirimkannya.

Di mekdi nih,sendiri. kamu ke sini aja deh mendingan

Begitu isi smsku. Tak lama, Katya membalas lagi.

Kamu aja yang kesini. Aku lagi mata-matain anak2 centil nih, huahahaha. Seru deh

Grrr emang suka asal nih si Katya. Bukannya nemenin aku malah ngerjain aku. Pada akhirnya aku toh beranjak juga gari restoran itu beralih ke restoran junkfood yang lainnya. Setibanya di restoran fastfood yang ternyata sangat ramai itu, aku melihat genk cewek centil itu duduk bersama Kak Bagas dan Kak Rino. Aku semakin muak. Aku langsung menghampiri Katya dan Arsi.

“Penting banget ya kita di sini? Cabut yuk, belanja apa kek gitu” omelku.

Katya danArsi gak peduli. Mereka masih asyik mengunyah makanan mereka. Uh, cekikikan mereka itu ganggu banget deh. Kok Kak Bagas gak marah sih? Eh, emang Kak Bagas orangnya baik sih. Jadi kayaknya gak mungkin dia marah.

Lagi nikmat-nikmatnya memandangi Kak Bagas tiba-tiba Kak Bagas beringsut dari tempat duduknya, menuju pintu resto itu  sambil sibuk dengan hpnya. Aku mengikuti langkahnya dengan mataku. Tak berapa lama, sosoknya muncul lagi dari balik pintu. Tapi kali ini dia membawa seorang perempuan. Cantik kali maaakkk!

Perempuan itu dibawanya ke mejanya lalu dikenalkan ke genk centill dan Kak Rino.

“Ayo kenalan, Ini Rani, calon istri saya” katanya tersenyum.

Meskipun aku duduk agak jauh dari mereka. Aku bisa mendengar cukup jelas apa yang barusan Kak Bagas ucapkan. Tanpa sadar air mataku menitik. Arsi dan Katya mematung melongo memandangku yang kesusahan menahan sesak.

9 comments:

Razqa Milza Danendra said...

Kak Bagas itu berapa umurnya? udah mau kawin aja, huhuhuhuhuhu...

lagi main di yogya tapi calon istrinya disuruh datang sendirian, tega :mad:

selebvi said...

iya yak kurang penjelasan di situ haha
hooo tapi kan ceritanya itu refreshingnya gak lama-lama di jogja gitu pooh, dan itu kan cuma becandaan nya si Kak Bagas aja bilang itu istrinya padahal mah masih pacar statusnya hahaha

oh iya, Kak Bagas itu umurnya 25 :-D
ini 70% kisah nyata loh :-P

Razqa Milza Danendra said...

sudah kuduga curcol...

iya, tapi masa pacarnya jauh2 sendirian datang ke yogya..

selebvi said...

lah pacarnya kan emang tinggal di jogja ceritanya hehehe

iwan said...

Rani nya dilabrak dong, kaya di sinetron sinetron.. eaaaa

selebvi said...

ah biar itu jadi ciri khas cerita om iwan aja... suka aneh
wakakaka

Unknown said...

DAMN! WHAT A POSTING! bahkan kasmaran bisa bikin diksi-diksi lo jadi cute, abege, dan unyu ala-ala begitu, sel! cool!

selebvi said...

ahahaha lebay deh gungs :p
biasa aja kok itu haha eniwei makasih yooo
i always love your fiction
terutama yg paralel :)

Hana Nuraini said...

hehe, terkadang kita dipertemukan dengan seseorang yang begitu indah, namun bukan untuk bersama.. yang bisa kita lakukan untuk itu hanya merelakan dia pergi... dan berbahagia meski bukan dengan kita...

maaf baru kunjungan balik, salam kenal dari Rinai Hujan. And...keep indie :)